Pada waktu Perang Tabuk, orang-orang munafik berpaling dan menolak berperang bersama Nabi. Mereka justru bersenang-senang dan tertawa ria di belakang beliau. Tentu saja mereka dikecam oleh Allah dan diancam hukuman berat. Allah SWT berfirman, “Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (At-Taubah: 81-82). Baca juga Nikmat Mata dan Malapetakanya Bagi Orang-orang yang Melalaikan Perintah Allah
Ayat tersebut, menurut pakar tafsir al-Razi, datang dalam bentuk perintah (al-amr), tetapi mengandung makna berita (al-khabar). Artinya bahwa kegembiraan dan suka cita orang-orang munafik itu sesungguhnya sebentar, tidak lama, lantaran kenikmatan dunia tidak kekal alias terbatas.
Ayat tersebut, menurut pakar tafsir al-Razi, datang dalam bentuk perintah (al-amr), tetapi mengandung makna berita (al-khabar). Artinya bahwa kegembiraan dan suka cita orang-orang munafik itu sesungguhnya sebentar, tidak lama, lantaran kenikmatan dunia tidak kekal alias terbatas.
Sedangkan duka dan penderitaan mereka di akhirat justru berlangsung lama dan terus-menerus, lantaran azab dan siksa Tuhan di akhirat kekal abadi alias selama-lamanya.
Di akhirat nanti, manusia akan terbagi menjadi dua golongan saja. Pertama, golongan yang bersuka cita dan tertawa ria. Mereka itulah para penghuni surga. Kedua, golongan orang yang menderita dan bermuram durja. Mereka itulah para penghuni neraka. Allah berfirman: ”Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak pula muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup pula oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (‘Abasa: 38-42).
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua dalam mengarungi kehidupan di dunia fana ini. Tersenyumlah dengan ikhlas karena merupakan bentuk sedekah kita sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah Allah yang tak terhingga. (Sumber : IQROZEN)
Informasi Penting: Ini Keutamaan Berwudhu Menurut Rasulullah SAWIni berarti, setiap orang dihadapkan pada dua pilihan yang bersifat antagonistik, yaitu tertawa ria di dunia, tetapi menangis di akhirat, atau menangis di dunia, tetapi riang gembira dan tersenyum di akhirat. Dalam hadis sahih, Nabi pernah berpesan agar kaum Muslim lebih banyak menangis daripada tertawa ria. Katanya, ”Jikalau kalian mengetahui apa yang kuketahui, pastilah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR Bukhari-Muslim).
![]() |
Kumpulan gambar hewan tertawa |
Penjelasan tentang Tertawa Terbahak-bahak Dilarang Menurut Islam
Hikmah dari nasehat di atas diantaranya adalah menjadi cermin hidup seorang Muslim yang harus senantiasa bersahaja dalam bersikap, seperti halnya Rasulullah SAW yang telah mencontohkannya pada kita. Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu memberikan sikap terbaik kita saat bergaul dengan orang di sekitar kita. Tidak sekedar tertawa ria yang menandakan luapan emosi secara berlebihan dan dapat mengakibatkan kelalaian.Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua dalam mengarungi kehidupan di dunia fana ini. Tersenyumlah dengan ikhlas karena merupakan bentuk sedekah kita sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah Allah yang tak terhingga. (Sumber : IQROZEN)