Keterpurukan Indonesia semakin tidak dapat di tolelir, dehidrasi keimanan mengantarkan negeri yang mayoritas masyarakatnya muslim ini meninggalkan aturan Sang Penciptanya. Parahnya lagi sistem pemerintahan negeri ini berkiblat demokrasi barat yang menyesatkan. Lengkap sudah problematika bangsa yang dulunya pernah menjadi Macan Asia. bangsa yang kala itu sangat menjunjung rasa malu sebagai landasan kesantunan dan norma budaya yang luhur dan tersohor. Baca juga : Ayat-ayat Tentang Manusia Sebagai Ciptaan Paling Sempurna
Sebenarnya dengan malu berbohong akan menguak konspirasi politik yang mendalangi maraknya tindak korupsi oleh pejabat veteran negeri ini. Seandainya mereka yang bersidang punya rasa malu, tentu mereka tidak akan memberikan kesaksian palsu. Disinilah bukti punahnya kejujuran dan maraknya kemunafikan yang dipertontonkan kaum elite negeri ini dengan tanpa rasa malu.
Seandainya rasa malu itu kembali tumbuh subur dalam diri setiap rakyat Indonesia, akar masalah yang tak kunjung berakhir di negeri ini dengan sendirinya mungkin akan terurai tanpa syarat. Tiada lagi penyimpangan perilaku dari masing-masing individu karena malu pada Allah SWT yang mengawasinya setiap saat.
Malu dapat mendorong seseorang menjadi jujur karena ada ketidaknyamanan yang dirasakan apabila dia berbohong. Malu juga mengantarkan seseorang bersikap profesional dengan apa yang menjadi tanggungjawabnya, artinya seseorang akan malu jika dia lalai atau gagal dalam menjalankan tugasnya. Dan malu akan menciptakan keharmonisan bermasyarakat karena ada penghargaan diantara mereka yang menjunjung sopan santun.
Pendidikan rasa malu harus senantiasa diterapkan dimana dan kapanpun manusia itu berada. Mulai dari lembaga pendidikan, pemahaman rasa malu harus meresap dalam diri setiap murid, siswa maupun mahasiswa. Lembaga-lembaga swasta ikut andil bagian dengan mengampanyekan rasa malu pada semua elemen lembaga tersebut. Dan bagi pemerintah terutama lembaga peradilan sangat urgent untuk membangun mental malu berbuat kecurangan yang telah merugikan rakyat kecil.
Yang tidak kalah pentingnya adalah figur seorang pemimpin bangsa dalam hal ini seorang presiden harus mempunyai basic akan pemahaman dan penerapan rasa malu. Dengan menjunjung rasa malu, seorang Presiden dapat bersikap tegas dan berwibawa demi melawan ciutnya nyali sehingga tidak lagi diolok-olok rakyatnya.
Kewibawaan bukannya pencitraan, karena wibawa menjadikan seseorang dihormati baik di depan maupun di belakangnya, sementara pencitraan hanya mejadikan seseorang dihormati bila di depannya namun akan dihina dan diremehkan jika sedang dibelakangnya. Inilah potret bangsa Indonesia yang telah penuh sesak oleh penjilat-penjilat kekuasaan yang telah mati rasa malunya.
Memahami rasa malu sesuai dengan porsinya merupakan sebuah langkah awal dalam membangun kembali norma-norma kejayaan bangsa Indonesia yang pernah mewarnai nusantara dimasa lalu. Masyarakat yang menjunjung rasa malu tentu memiliki batasan dalam melakukan apapun sehingga control sosial dapat berfungsi sesuai kaidahnya. Keimanan yang mendasari rasa malu dapat mengokohkan peradaban mulia umat dalam bingkai kehidupan berbangsa dan negara.
Endingnya, keterpurukan Indonesia sudah terlalu dalam meninggalkan permukaan kejayaan sebagai bangsa yang beradab. Dan semestinya instropeksi dan rekonstruksi besar-besaran menjadi bahasan utama para pemegang kebijakan pemerintah yang sedang bertugas kini. Selanjutnya kebijakan baru yang telah terekonstruksi diterapkan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan mustahil masa yang akan datang Indonesia menjadi negara adidaya yang disegani. (by IQROZEN)
Sebenarnya dengan malu berbohong akan menguak konspirasi politik yang mendalangi maraknya tindak korupsi oleh pejabat veteran negeri ini. Seandainya mereka yang bersidang punya rasa malu, tentu mereka tidak akan memberikan kesaksian palsu. Disinilah bukti punahnya kejujuran dan maraknya kemunafikan yang dipertontonkan kaum elite negeri ini dengan tanpa rasa malu.
Seandainya rasa malu itu kembali tumbuh subur dalam diri setiap rakyat Indonesia, akar masalah yang tak kunjung berakhir di negeri ini dengan sendirinya mungkin akan terurai tanpa syarat. Tiada lagi penyimpangan perilaku dari masing-masing individu karena malu pada Allah SWT yang mengawasinya setiap saat.
Urgensi Rasa Malu bagi Kehidupan Berbangsa Ditinjau dari Segi Agama Islam
Terkikisnya rasa malu bisa dikarenakan pemahaman yang sempit akan arti kata malu. Berdasarkan penjelasan diwww.artikata.com menyatakan bahwa malu adalah merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya). Malu sebagai bagian dari nilai-nilai kebenaran (QS. Al-Ahzab : 53) sudah barang tentu akan memupuk kejujuran yang sejatinya dimiliki oleh naluri setiap manusia.Malu dapat mendorong seseorang menjadi jujur karena ada ketidaknyamanan yang dirasakan apabila dia berbohong. Malu juga mengantarkan seseorang bersikap profesional dengan apa yang menjadi tanggungjawabnya, artinya seseorang akan malu jika dia lalai atau gagal dalam menjalankan tugasnya. Dan malu akan menciptakan keharmonisan bermasyarakat karena ada penghargaan diantara mereka yang menjunjung sopan santun.
Informasi Lainnya : Peluang Lulusan SMA Daftar CPNS Masih Ada Tahun iniGerakan membangun kesantunan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diawali dari penanaman rasa malu sejak dini. Karakter malu akan berbohong, malu berbuat curang, malu menindas orang lemah dan malu mencuri mesti menjadi kurikulum di dunia pendidikan. Sedangkan bagi senior bangsa yang mengusai kursi pemerintahan hendaknya merevitalisasikan rasa malu dalam dirinya, karena sepak terjangnya selama ini telah menunjukkan pudarnya rasa malu secara masal.
Pendidikan rasa malu harus senantiasa diterapkan dimana dan kapanpun manusia itu berada. Mulai dari lembaga pendidikan, pemahaman rasa malu harus meresap dalam diri setiap murid, siswa maupun mahasiswa. Lembaga-lembaga swasta ikut andil bagian dengan mengampanyekan rasa malu pada semua elemen lembaga tersebut. Dan bagi pemerintah terutama lembaga peradilan sangat urgent untuk membangun mental malu berbuat kecurangan yang telah merugikan rakyat kecil.
Yang tidak kalah pentingnya adalah figur seorang pemimpin bangsa dalam hal ini seorang presiden harus mempunyai basic akan pemahaman dan penerapan rasa malu. Dengan menjunjung rasa malu, seorang Presiden dapat bersikap tegas dan berwibawa demi melawan ciutnya nyali sehingga tidak lagi diolok-olok rakyatnya.
Kewibawaan bukannya pencitraan, karena wibawa menjadikan seseorang dihormati baik di depan maupun di belakangnya, sementara pencitraan hanya mejadikan seseorang dihormati bila di depannya namun akan dihina dan diremehkan jika sedang dibelakangnya. Inilah potret bangsa Indonesia yang telah penuh sesak oleh penjilat-penjilat kekuasaan yang telah mati rasa malunya.
Memahami rasa malu sesuai dengan porsinya merupakan sebuah langkah awal dalam membangun kembali norma-norma kejayaan bangsa Indonesia yang pernah mewarnai nusantara dimasa lalu. Masyarakat yang menjunjung rasa malu tentu memiliki batasan dalam melakukan apapun sehingga control sosial dapat berfungsi sesuai kaidahnya. Keimanan yang mendasari rasa malu dapat mengokohkan peradaban mulia umat dalam bingkai kehidupan berbangsa dan negara.
Endingnya, keterpurukan Indonesia sudah terlalu dalam meninggalkan permukaan kejayaan sebagai bangsa yang beradab. Dan semestinya instropeksi dan rekonstruksi besar-besaran menjadi bahasan utama para pemegang kebijakan pemerintah yang sedang bertugas kini. Selanjutnya kebijakan baru yang telah terekonstruksi diterapkan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan mustahil masa yang akan datang Indonesia menjadi negara adidaya yang disegani. (by IQROZEN)
![]() |
Ilustrasi Malu |